Sabtu, 06 April 2013
Hak Asasi Manusia & Eksistensi Negara Indonesia
HAM adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1
http://cahwaras.wordpress.com/2010/05/19/eksistensi-ham-dalam-sistem-hukum-di-indonesia/
Perdukunan Globalisasi
Perdukunan adalah istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis ujungnya penipuan. Perdukunan merupakan kepura-puraan keterampilan non medis atau orang yang berpura-pura sebagai seorang ahli profesional, memiliki pengetahuan atau kualifikasi pada beberapa bidang keahlian, padahal dia tidak memiliki dan merupakan Seorang penipu.
Orang yang melakukan perdukunan biasanya tidak sendiri, mereka biasanya terdiri dari beberapa orang merupakan satu TIM yang modus operasinya adalah penipuan. Untuk mencari mangsa ada orang-orang yang bertindak sebagai orang yang mempromosikan bidang keahlian si dukun itu, padahal promosinya omong kosong dan penipu. Jika ada mangsa yang sudah masuk perangkap maka mulai diadakan perjanjian untuk pergi ke rumah sang Dukun. Dengan trik perdukunan si Mbah Dukun bisa menebak isi hati dan kemauan pasien, inilah salah satu penipuan yang bisa menjatuhkan martabat Dukun yang asli.
Pada mulanya Dukun adalah orang-orang penolong tanpa pamrih. Dengan adanya Penipu yang menyamar sebagai Dukun ini maka dikenalah istilah Perdukunan yang nilainya negatif di masyarakat luas yaitu diasosiakan sebagai Seorang penipu.
Untuk menipu mangsanya biasanya menawarkan azimat maupun benda-benda bertuah yang harganya mahal, padahal ini merupakan tata cara penipuan yang halus jalannya. Ada juga penipu yang menyamar sebagai orang yang taat beragama dan dengan TIM-nya itu sebenarnya merupakan Penipu-penipu yang menyamar sebagai orang-orang taat beragama, ini juga sebenarnya Perdukunan yang berada pada jalur agama. Cara menipunya dengan minyak wangi yang harganya jutaan rupiah dan bahkan ada yang sampai ada minyak wangi yang harganya sampai diatas sepuluh juta rupiah padahal isinya cuman sedikit dengan botol khusus ukurannya kecil.
Teknologi menunjukkan perkembangan ilmu pengetahuan dan berdampak pada pola perilaku hidup manusia. Realitasnya banyak orang yang ternyata berkeinginan serba “cepat”, “mudah”, dan “murah” dalam segala hal adalah keniscayaan. Namun demikian ternyata ”kemudahan” dan bahkan “kemewahan atau kemegahan” yang ditawarkan teknologi tidak selalu bisa dinikmati atau menghasilkan kenyamanan, keamanan, dan kesehatan, terutama adanya hambatan dalam mengadopsi IPTEKS baru tersebut seperti agama, adat-budaya, psikologis atau pola hidup kebiasaan tertentu pada sekelompok masyarakat.Balian Usada / Perdukunan / Ketabiban merupakan suatu ilmu, karena ada dalam kenyataan sehari-hari, yakni ada pelakunya dan bisa diajarkan atau ada gurunya, serta ada peminatnya dan ada perkembangannya. Dalam kepercayaan Hindu, seseorang balian berguru waktra sebagaimana dituturkan dalam lontar Bodha Kecapi, Usada Kalimosada, dan Usada Sari. Dalam Islam, Nabi Muhamad SAW berkata yang artinya: “Islam adalah Ilmiah dan Amaliah” (HR.Imam Bukhari), demikian juga dengan metode pengobatannya yang bersifat fisik dan metafisik. Metafisika (ilmu gaib) di Indonesia berkembang dari kehidupan sosial-budaya dan agama serta aliran kepercayaan (kebatinan) dengan fenomena cukup beragam. Semuanya diperoleh dengan latihan-latihan tertentu, dimana alam metafisik atau alam gaib itu dapat merasuk ke dalam tubuh yang terdiri dari unsur jasmaniah, unsur akal dan unsur ruhaniah.Islam jelas sumbernya dari Al Qur’an dan Al Hadist, sedangkan perdukunan sumbernya bisa bermacam-macam, dari puasa, meditasi, bertapa atau datang sendiri (tiban) serta adanya barang-barang gaib seperti keris, permata dan sebagainya. Sukar untuk membedakan antara yang benar dan yang batal karena sama-sama mujarab atau dapat menunjukkan dan menyembuhkan segala penyakit. Seperti sulitnya membedakan antara anak hasil Nikah (benar menurut agama) dan anak hasil Zinah (salah menurut agama/suruhan setan/iblis), sehingga kelihatannya hampir sama.
Kebiajakan Untuk Memenangkan Globalisasi
Globalisasi adalah suatu pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam ekonomi global . Oleh B Hari Juliawan, meminjam pengertian R. Robenson (1992), globalisasi digambarkan sebagai 'pemadatan dunia dan intensifikasi kesadaran dunia sebagai suatu keseluruhan' atau 'intensifikasi relasi-relasi sosial seluas dunia yang menghubungkan lokalitas-lokalitas berjauhan sedemikian rupa sehingga peristiwa di satu tempat ditentukan oleh peristiwa lain yang terjadi bermil-mil jaraknya dari situ dan sebaliknya' . Hari menambahkan satu lagi sebagai 'meningkatnya jejaring interdependensi antar umat manusia pada tataran benua-benua'. Kalau pengertian seperti yang diungkapkan oleh Hari di atas sesungguhnya kerajaan-kerajaan klasik sudah melakukan itu. Sparta, Romawi atau kerajaan-kerajaan di Nusantara yang sudah berdagang jauh sampai ke Cina, benua Afrika, Australia dan sampai ke Arab. Bukankah itu juga adalah fenomena global? Benar. Tetapi globalisasi yang kita bicarakan sekarang, meminjam Hari, terkait dengan situasi keterkaitan relasi masyarakat modern yang ditandai oleh "keluasan" (extencity), kekuatan (intencity), kecepatan (velocity), dan dampak (impact) yang luar biasa dan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.Ini kita alami dalam kenyataan yang kita saksikan seperti revolusi transportasi, revolusi telekomunikasi, atau percepatan tekhnologi informasi yang melaju luar biasa tanpa bisa ditahan-tahan lagi oleh batas-batas nasionalitas, geografis dan teritorial. Era ini ditandai dengan semakin cepatnya sebuah informasi di belahan dunia lain bisa diketahui di belahan dunia lainnya. Atau seperti sedang berdekatan, kita bisa bercengkrama dengan akrab seperti sedang duduk bersampingan hanya melalui telepon, hand pone atau pengantar pesan elektronic lainnya dengan sanak keluarga di seberang benua nun jauh di sana. Tentunya ini tidak terjadi di era Majapahit, era Mataram, era kerajaan Makassar atau kerajaan-kerajaan yang hidup sebelum era modernitas ini. Inilah mungkin garis batas antara globalisasi yang kita bahas dengan fenomena hubungan mengglobal di era pra modern.Ciri mendasar lainnya adalah menipisnya ruang dan merapatnya waktu transaksional, utamanya dalam bidang ekonomi. Ini bisa kita lihat dengan fenomena krisis di asia tenggara dimana modal bisa dengan sangat cepat berpindah dari satu negara-ke negara lain. Globalisasi ini melempangkan jalan ekonomi finansial yang rawan spekulasi dan manipulasi.
Langganan:
Postingan (Atom)